Sabtu, 18 Oktober 2014

Trowulan yang terlupakan

Trowulan, dahulu kala merupakan sebuah ibukota dari kerajaan yang powerfull, Majapahit. Kerajaan yang kekuasaannya mencakup nusantara dan beberapa wilayah Asia.
Namun, dimanakah letak Trowulan? mungkin jika pertanyaan itu dikemukakan saat ini, hanya sedikit orang yang mampu menjawab dengan tepat. Itu karena aset sejarah itu kurang mendapat promosi yang cukup untuk wisata budaya dan sejarah.

Trowulan terletak di Jawa Timur, 2 km dari pusat kota Mojokerto.
Terdapat beberapa situs yang menunjukkan kebesaran kekuasaan Majapahit jaman dahulu, diantaranya beberapa candi, kolam pemandian para penghuni kerajaan dan juga sebuah gerbang kerajaan yang megah, terbuat dari bata merah.
nama Trowulan berasal dari kata Trang Wulan, atau Terang Bulan. Pertama kali ditemukan, situs ini masih berupa hutan jati.
nama Trowulan berasal dari kata Trang Wulan, atau Terang Bulan. Pertama kali ditemukan, situs ini masih berupa hutan jati.
Uniknya, kota Trowulan kuno sudah memiliki sistem kanal dan pengairan yang teratur.
Kolam Segaran misalnya, yang berfungsi sebagai telaga di tengah kota. Berdasarkan sketsa rekonstruksi Kota Majapahit dan foto udara, kota klasik ini memiliki sistem kanal pengairan untuk drainase dan pasokan air yang dibuat dalam garis lurus memanjang dari barat laut ke tenggara dan dari timur laut ke barat daya.

makam Sayyid Muhammad Jumadil Qubro (Syech Jumadil Kubro).



          Wisata Religius Makam Troloyo - Dari puluhan situs yang ada di Kab. Mojokerto, ada situs yang dari tahun ke tahun semakin ramai dikunjungi peziarah, yakni Makam Troloyo. Situs ini letaknya di kompleks pemakaman Islam zaman kerajaan Mojopahit di Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan Kab. Mojokerto.
         Obyek utamanya adalah Makam Sayyid Muhammad Jumadil Qubro (Syech Jumadil Kubro). Syech Jumadil Kubro adalah kakek dari Sunan Ampel. Beliau adalah ulama dari Persia yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Makamnya pertama kali diberi cungkup oleh tokoh masyarakat setempat bernama KH Nawawi pada tahun 1940. Di kompleks makam troloyo terdapat dua kelompok makam, yaitu kelompok makam bagian depan, terdiri dari makam Wali Songo dan Kelompok Makam Syech Jumadi Kubro. Kelompok makam inilah yang paling banyak dikunjungi peziarah. Dan kelompok makam bagian belakang terdiri dari dua cungkup, yaitu cungkup pertama makam Raden Ayu Anjasmara dan makam Raden sering disebut sebagai kubur pitu.
Para peziarah itu datang dari dalam da luar Mojokerto, serta ada pula yang datang dari luar Jawa. Peziarah datang ke makam itu berbagai tujuan. Ada yang datang ingin tahu keberadaan Makam Troloyo, ada pula yang datang untuk memberikan doa kepada leluhur Walisongo dengan membacakan ayat-ayat suci Al Quran. Ada pula pezirah yang datang untuk mendapat ilmu relijius dari para leluhur yang berada di makam itu.

      Kahumas Pemkab Mojokerto Dra Hj Alfiah Ernawati MM di kantornya mengatakan, Makam Troloyo memang menjadi andalan Kab. Mojokerto sebagai wisata relijius. Semakin tahun jumlah peziarah yang datang ke lokasi itu semakin banyak. Untuk memberikan kenyamanan pada peziarah, Pemkab Mojokerto dan Pemprop Jatim merenovasi komplek makam dan tempat parkir yang ada di kawasan itu.

      Menata stan PKL juga telah dilakukan oleh Pemkab Mojokerto, sehingga kondisi itu bisa membuat para peziarah di komplek makam itu terasa nyaman, dan aman. Sehingga peziarah bisa menjalankan ritual religiusnya dengan khusuk.